Type to search

Pengembangan Diri

Apa itu Toxic Positivity? Kenapa sih ini Bahaya buat Kamu?

Mengenal apa itu toxic positivity dan bahayanya

Mendapat wejangan dari teman dan diyakinkan kalau semua akan baik- baik saja itu memang melegakan. Namun bagaimana jika ternyata wejangan ini adalah toxic positivity? Duhhh… kamu perlu berhati- hati, gaiss.

Percayalah, mereka yang sedang meyakinkanmu ini memang sebenarnya mempunyai maksud baik. Namun disini kamu punya tanggung jawab besar untuk membentengi diri mu dari dampak toxic positivity ini. Lho, memang apa sih toxic positivity ini? Seperti apa bentuknya dan mengapa ini berdampak buruk?

Simak ulasan Geet di artikel ini ya 🙂

Pengertian Toxic Positivity

Istilah toxic positivity cukup ngetren belakangan ini. Menurut Psychology Today, arti dari toxic positivity mengacu pada konsep yang mengarahkan seseorang untuk fokus pada hal- hal positif saja, dan menolak apa yang berkaitan dengan emosi negatif.

Misalnya saja, saat kamu mengeluh pada teman, maka munculah kalimat, “seharusnya kamu lebih bersyukur” atau “nggak apa- apa, nggak perlu terlalu khawatir, penjual dimana- mana emang lagi sepi kok.”

Kalimat- kalimat ini sekilas terdengar positif dan menenangkan, namun tidak membantu secara nyata terhadap mereka yang sedang mengalami kesulitan.

Dalam beberapa kasus, kata- kata penyemangat yang dianggap positif ini justru membuat orang merasa lebih buruk, ungkap psikolog Marry Hoang, seperti dilansir dari laman Elle Australia. Pasalnya, tidak semua orang bisa menerimanya. Terutama mereka yang sedang membutuhkan bantuan dan dalam keadaan tertekan.

Pengertian toxic positivity

Alih- alih memberi kesempatan seseorang untuk meluapkan emosinya, toxic positivity memaksa orang untuk menahan emosi negatif dan menerima hal positif.

Dalam penjelasannya, Urban Dictionary menyebut jika kalimat bernada toxic positivity ini cenderung mengabaikan perasaan sesungguhnya dari orang yang sedang bermasalah. Seolah- olah perasaan yang diungkapkan tidak penting untuk lawan bicaranya.

Ciri- ciri Ekspresi Toxic Positivity

Apakah kamu pernah menjadi korban toxic positivity? Kenyataan nya sih, hal ini sangat mudah kita temui di sekitar kita.

Agar kamu lebih waspada, yuk kenali ciri- ciri toxic positivity berikut ini :

  1. Mendorong seseorang untuk menyembunyikan atau menutupi perasaan sebenarnya.
  2. Mengarahkan untuk bersikap jalani saja dengan sabar.
  3. Membuat diri merasa bersalah karena merasakan emosi negatif.
  4. Mengecilkan atau meremehkan pengalaman orang lain dengan kamuflase pernyataan positif. Misalnya dengan menyatakan kalau hal seperti itu biasa terjadi dan kamu harus sabar menghadapinya.
  5. Membandingkan dengan kondisi orang lain. Misalnya dengan kata ‘masih mending..’, ‘ada yang seperti ini, tapi dia bisa…’.
  6. Mempermalukan atau menghukum orang lain karena mengekspresikan rasa frustasi atau emosi negatif.
  7. Menganggap emosi sedih adalah hal yang berlebihan dan tak boleh dilakukan.
Baca Juga :  Apa itu Work Life Balance dan Mengapa Sangat Penting?

Contoh Kalimat Toxic Positivity

Setelah mengetahui ciri- cirinya, sekarang saatnya untuk mengenali contoh pola kalimat toxic positivity. Kenyataannya, kalimat ini sering dilontarkan oleh mereka yang menurut kamu bukan toxic friend, tapi justru mereka yang sering bersikap baik.

1. Pokoknya Kamu Jangan Menyerah

Apapun yang terjadi, pokoknya kamu jangan menyerah. Sudah nembak 5x tetep ditolak, jangan menyerah. Punya atasan toxic yang super ngeselin, jangan menyerah. Hehehe

Senang sekali rasanya punya teman yang selalu memotivasi kita untuk tidak menyerah. Tapi begini, masing- masing dari kita pasti pernah berada di titik terendah. Ada saatnya kita harus rasional dan tidak memaksakan apa yang memang bukan untuk kita.

Pahit sih, tapi ada kalanya merelakan lebih baik.

Jika kamu berada dalam situasi ini, cobalah untuk merenung dan pikirkan apa tindakan rasional yang perlu kamu lakukan. Misalnya saat kamu sudah ditolak 5x, tidak ada salahnya untuk berhenti dan move on membuka hati untuk yang lain lebih dulu.

Misalnya saat kamu berhadapan dengan atasan toxic yang super ngeselin. Kamu sudah mencoba berbagai cara dan hasilnya tetap menthok. Apa yang akan kamu lakukan berada di lingkungan super toxic terus menerus? Mengapa tidak mencoba kesempatan lain?

2. Kamu Harus Terus Positif

Kesal dan sedih saat hal- hal yang ingin kita capai ternyata berantakan itu lumrah. Namun saat sedang mengalaminya, kadang kita lupa jika ini bisa sangat wajar terjadi. Terutama saat banyak orang yang empati terhadap kita berkata untuk terus positif.

Kenyataannya, kalimat sederhana ‘terus positif’ ini bisa berdampak besar bagi mereka yang sedang berada di titik terendah. Mereka masih bergulat dengan perasaannya, tapi masih terjebak dengan harapan banyak orang untuk terus positif.

Saat kamu melihat temanmu seperti ini, terkadang yang mereka harapkan adalah agar kamu mendengarkan keluh kesahnya. Tak perlu menasehatinya banyak hal. Namun mungkin kamu bisa mengajaknya untuk merelakan apa yang sudah terjadi, untuk nanti bangkit lagi.

Cara menghindari toxic positivity

3. Kamu Mungkin Kurang Bersyukur

Maksudnya mungkin memberi wejangan kita untuk selalu mengingat Tuhan. It’s okay, ini baik sebenarnya. Tapi saat kita sedang terpuruk dan ingin menenangkan hati, wejangan ini justru membuat kita semakin kesal.

Percayalah, saat kita tertimpa masalah atau mengeluh dengan keadaan, bukan berarti kita lupa Tuhan atau kurang bersyukur. Meluapkan emosi terpendam atas kekecewaan yang kita alami ini lumrah kok.

Saat berada dalam situasi ini, yang orang butuhkan adalah untuk didengarkan saja. Bukan mendapatkan nasihat yang membuat hatinya semakin kacau.

Baca Juga :  Kelewat Manis, 5 Zodiak Ini Sering Bikin Cewek Baper

4. Ada Banyak di Luar Sana yang Masih Kurang Beruntung

Lagi- lagi, nasehat seperti ini tidak membuktikan apa- apa. Saat sedang terpuruk, seseorang hanya ingin dengar keluh kesahnya. Namun jika kamu mencoba menghibur dengan berkata “di luar sana banyak lho yang masih kurang beruntung daripada kamu”, ini justru terasa semakin menyesakkan.

Kalimat seperti ini terdengar mengintimidasi. Mendorong kamu untuk merasa bersalah karena seolah kurang bersyukur dengan apa yang kamu peroleh. Bukannya membaik, perasaanmu akan semakin kalut.

Dampak Toxic Positivity

Semua hal yang positif akan berdampak baik pada kesehatan dan kebahagiaan seseorang. Pikiran dan suasana hati yang positif sering para ahli kaitkan dengan tingkat stres yang rendah, kekebalan tubuh yang kuat, kesehatan kardiovaskular yang lebih baik, dan bahkan usia yang lebih panjang.

Menghadirkan perasaan positif seperti kegembiraan, harapan, dan inspirasi bisa membangun kondisi mental yang baik pada seseorang dan membangun optimisme. Positivitas seperti ini bisa mengobati masalah dalam beberapa situasi.

Misalnya saja saat seseorang kesal karena kelelahan dalam pekerjaan, memberi kata- kata hiburan bernada positif akan sedikit mengurangi beban. Namun bila seseorang didiagnosa mempunyai penyakit atau baru saja kehilangan orang yang ia cintai, akan terasa lebih normal untuk merasakan kesedihan sesaat.

Artinya, tidak semua bisa diselesaikan dengan kalimat “coba deh banyak- banyak bersyukur” atau “sabar aja… nanti juga ada rejekinya”.

Dalam hal ini, toxic positivity menolak memberikan validasi perasaan yang tepat. Bukannya memperbaiki keadaan dengan menyembuhkan luka, hal ini justru bisa menambah masalah pada orang lain.

Berikut ini adalah beberapa bahaya dari toxic positivity ini sendiri :

1. Rasa Malu

Memaksakan pikiran dan sikap positif pada orang lain bisa membuat seseorang malu dalam mengakui situasinya. Beberapa orang tidak suka terlihat lemah dan buruk. Hal ini seolah memberi dua pilihan kepada mereka.

Yang pertama, seseorang akan jujur dan terbuka dengan keadaannya. Dan yang kedua, mereka akan berpura- pura kalau semuanya sedang baik- baik saja. Faktanya, sebagian besar orang cenderung memilih opsi yang kedua.

Menurut profesor peneliti dari University of Houston, sumber energi dari rasa malu ini adalah diam, judgement dan kerahasiaan. Rasa malu adalah salah satu hal yang bisa melumpuhkan semangat manusia. Dan kita sering tidak menyadari tumbuhnya rasa ini dalam diri kita.

Baca Juga :  Kamu Termasuk Orang Sibuk atau Orang Produktif? Cek Bedanya Disini

2. Tekanan Emosional dan Sosial

Menurut penelitian yang dipublikasi dalam Journal of Abnormal Psychology mengungkap bahwa menyembunyikan atau menyangkal perasaan bisa meningkatkan tekanan pada tubuh dan kesulitan menghindari pikiran negatif.

Mereka yang berupaya untuk menyembunyikan masalahnya mungkin terlihat baik- baik saja. Namun tingkat stress dan resiko depresi mereka lebih tinggi.

Selain, toxic positivity juga berpengaruh terhadap hubungan sosial seseorang. Mereka akan cenderung menarik diri dari lingkungan sosialnya untuk membuat mereka merasa baik- baik saja.

3. Sulit Bangkit

Mereka yang sering terdampak pada toxic positivity akan cenderung sulit bangkit. Biasanya karena mereka merasa terbebani dengan wejangan yang ia terima.

Ia merasa jika nasehat ini memaksanya untuk bertahan dan ini akan baik- baik saja, padahal tidak. Si korban cenderung sulit melihat kesempatan baru atau memberanikan diri untuk keluar dari zona nyaman.

4. Mindset yang Salah

Toxic Positivity bisa mendorong seseorang ke mindset yang salah. Misalnya saja saat kamu mempunyai toko online, dan penjualanmu sedang menurun. Saat kamu mengeluh, bukannya dimotivasi untuk bangkit, tapi temanmu justru bilang, “udah nggak apa- apa, namanya jualan itu memang kadang sepi. Sabar aja, nanti juga ada rame lagi..”

Bayangkan jika kamu mempunyai bisnis, dan kamu hanya mengikuti nasehat sabar seperti itu? Apakah bisnismu akan bangkit atau semakin terpuruk?

Paham maksud Geet disini kan?

Kita sedih boleh, mengeluh boleh, tapi tidak benar menyalahkan keadaan dan tidak melakukan apa- apa.

Kesimpulan

Sebelum istilah ini ada, sebenarnya toxic positivity sudah bertebaran di mana saja. Mulai dari tetangga, keluarga sendiri, atau bahkan teman dekat. Sekali lagi, maksud mereka semua baik.

Namun di sisi lain, kalimat yang mereka lontarkan bisa sangat tidak sehat untuk mental dan pikiranmu. Maka dari itu, penting untuk kamu memahami apa itu toxic positivity dan membentengi dirimu dari hal itu.

Comments

comments

Tags:

You Might also Like

0 Shares
Share via
Copy link
Powered by Social Snap