Type to search

Perlu Tahu

Gawat! Kasus KDRT Meningkat di Indonesia Selama Pandemi Corona

KDRT Kasus kekerasan dalam rumah tangga

Dampak pandemi Covid-19 mulai terasa sampai ke sektor ekonomi saat ini. Konselor trauma, Nur Hidayati Handayani menyebut kalau kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga alias KDRT mengalami peningkatan sejak pandemi ini merebak di Indonesia.

“KDRT di banyak tempat mungkin sudah terjadi sebelum ada COVID-19. Tapi semakin meningkat setelah ada COVID,” ungkap Handa, sapaan akrabnya, dalam media briefing online yang diprakarsai Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman (Sejuk), pada Selasa (14/4).

Sementara itu, Tuani Sondang Rejeki Marpaung, anggota LBH Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (Apik) juga menyebut terjadi peningkatan pengaduan kasus kekerasan, perkosaan, pelecehan seksual, dan pornografi online di masa sosial distancing ini.

“Dari tanggal 16 Maret sampai dengan 12 April tercatat ada 75 pengaduan kasus. Angka yang tertinggi itu penyebaran konten-konten intim sangat banyak, peringkat kedua disusul dengan kasus-kasus KDRT. Ternyata kasus KDRT selama berlakunya social distancing sangat tinggi,” ujar Tuani saat diwawancarai DW Indonesia, Selasa (14/04) sore.

Sebelumnya Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati Puspayoga juga mengungkap bahwa perempuan dan anak rentan menjadi korban dampak pandemic COVID-19.

“Dalam situasi pandemic corona COVID-19 ini, risiko kekerasan berbasis gender dan risiko anak terpisah dari pengasuhan inti semakin meningkat,” ungkapnya.

Baca Juga :  Selain Cegah Corona, Menikah Tanpa Resepsi Lebih Baik untuk Kesehatan Mental mu

Pandemi membuat tingkat stres masyarakat meningkat

Kebijakan terkait Covid-19 seperti social distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berdampak pada meningkatnya stress di masyarakat.

Secara biologis, saat respon stress naik, maka organ tubuh lain akan menyesuaikan. Misalnya jantung berdebar kencang dan kita cenderung merespon sesuatu dengan lebih emosional.

Stress ini semakin tinggi saat otak manusia menyadari bahwa pandemi yang mereka hadapi adalah virus yang tidak terlihat.

Intensitas bertemu terlalu tinggi membuat kesulitan mengatur emosi

Jumlah KDRT meningkat salah satunya karena tidak semua masyarakat mempunyai kecakapan dalam mengatur respon stress. Sebagian besar juga tidak punya cukup kecakapan untuk mengekspresikan emosi secara sehat.

“Sebenarnya dalam hubungan yang sehat dibutuhkan waktu masing-masing untuk sendiri. Tapi dalam masa karantina mau-mau gak mau ketemu terus,” ungkapnya.

Akibatnya, perilaku kasar cenderung lebih mudah dikeluarkan.

KDRT meningkat di seluruh dunia

Peningkatan KDRT ternyata bukan di Indonesia saja. Menurut Antonio Guterres, lonjakan KDRT secara global juga sangat mengerikan selama periode pandemi ini. Ia pun mendesak para pemimpin dunia untuk melakukan langkah- langkah perlindungan.

“Kekerasan tidak hanya sebatas di medan perang. Bagi banyak perempuan dan anak perempuan, ancaman itu menjadi ancaman terbesar di mana mereka seharusnya paling aman: di rumah mereka sendiri,” ungkap Antonio Guterres seperti Halo Geet kutip dari Huffpost.

Guterres juga meminta pemerintah merespon dengan cepat dan tepat agar penanganan Covid-19 bisa menyeluruh.

Baca Juga :  Apa itu Catcalling, Contoh, Dampak dan Cara Menghindari

Comments

comments

Tags:

You Might also Like

0 Shares
Share via
Copy link
Powered by Social Snap