Kisah Ayah di Garut Curi HP Demi Anak Belajar Online, Tinggal di Gubuk, 1 Mie Instan Dimakan Berlima
Belajar online menjadi satu- satunya pilihan untuk anak- anak sekolah di masa pandemi ini. Meski tujuannya adalah baik karena untuk mengendalikan laju penyebaran Covid-19, metode ini dirasa bukan yang ideal diterapkan di Indonesia.
Ada beberapa alasan. Yang pertama, metode belajar online ini sendiri sebenarnya digelar secara dadakan dan minim persiapan, baik dari sisi sekolahan maupun anak didik dan orangtuanya. Yang kedua, tidak semua orang mempunyai HP untuk belajar online di rumah.
Salah satu kisah yang membuat kita terenyuh ini berasal dari Kabupaten Garut, Jawa Barat. Agar si anak bisa belajar secara online, sang ayah dengan terpaksa mencuri telepon seluler.
Kisah ini dituturkan oleh Ahmad Teguh (34),w arga Kampung Cilelang, Desa Jati, Kecamatan Tarogong Kaler. Ahmed bercerita kalau saat itu ia mencari ponsel milik ayahnya yang hilang. Ponsel ini mendadak hilang di rumah beberapa hari yang lalu.
Ayahnya bahkan sempat melaporkan kasus kehilangan ponsel ini ke kantor polisi. Kemudian karena penasaran, Ahmad mencoba mencari ponsel itu dengan aplikasi pelacakan.
“Saat dicari, HP-nya masih aktif,” ungkap Ahmad saat ditemui di salah satu kafe di Garut, Selasa (4/8/2020), seperti dilansir dari Tribun.
HP Ditemukan di Sebuah Gubuk Kecil
Ahmad dengan mudah menemukan lokasi HP sang ayah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah. Beda desa, namun masih satu kecamatan.
Ahmad kaget saat melacak HP tersebut dan ternyata berlokasi di sebuah gubuk kecil. Ahmad yang datang bersama seorang teman lantas mengetuk pintu dan minta ijin masuk ke rumah.
“Awalnya, sih, kalau HP-nya ada, pelaku pencurian mau saya bawa ke kantor polisi. Cuma setelah ketemu, kok jadi sedih dan ada rasa kasihan,” ungkapnya.
Di rumah tersebut terdapat sepasang suami istri dengan tiga anak. Rumah ini sendiri berukuran sekitar 4×6 meter persegi dan terbuat dari bilik bambu.
Rumah ini sangat sederhana dengan tak banyak perabotan. Hanya satu lemari pakaian dan lemari piring yang sudah usang.
Ahmad lalu melihat seorang anak yang terlihat sedang belajar daring menggunakan HP milik ayahnya. Bukannya marah, hal ini justru membuat Ahmad merasa terenyuh. Ternyata HP curian ini digunakan untuk belajar.
Ahmad bercerita kalau anak itu duduk di bangku kelas 1 SMP, sedangkan sang kakak sudah putus sekolah, dan adiknya yang paling kecil belum bersekolah.
Mencuri HP Demi Anak yang Sekolah Online
“Saya sangat enggak nyangka si bapak nyuri HP biar anaknya bisa tetap sekolah dan belajar daring. Dari situ saya langsung lemas. Apalagi waktu nunggu, saya lihat keluarga itu cuma makan sepiring mie instan dan itu mereka makan bersama,” ujarnya.
Kepada pemilik rumah, Ahmad mengatakan kalau HP yang digunakan itu adalah milik ayahnya. Bapak pemilik rumah yang sehari- hari bekerja sebagai kuli pun mengakui kalau HP itu benar hasil curian.
“Saya minta saja si bapak datang ke rumah biar enggak salah paham. Dia langsung datang sambil menangis,” ucapnya.
Bapak itu memenuhi permintaan Ahmad untuk datang dan minta maaf kepada ayah Ahmad atas perbuatannya mencuri HP. Bapak ini mengaku terpaksa mencuri demi anaknya yang ingin belajar secara daring.
“Kalau niat nyuri, seharusnya semua barang berharga di rumah dia bawa. Tapi ini, kan, cuma ambil satu HP,” katanya.
Menurut Ahmad, HP curian ini sempat habis baterai. Dan untuk mengisinya, bapak ini harus numpang ke tetangganya.
“Saya sama Ayah sepakat enggak memperpanjang masalah ini. Semoga saja si bapak itu bisa punya rezeki untuk beli HP agar anaknya bisa belajar,” ucapnya.
Mengaku Gelap Mata
Saat wartawan temui di rumahnya, pria berinisial A(41) rumahnya berada di Desa Jati, Kecamatan Tarogong Kaler, ini mengaku mengambil HP karena terpaksa. Ia juga mengaku sangat menyesal.
“Saya sadar perbuatan saya sangat salah. Cuma kemarin memang anak saya merengek minta HP. Soalnya anak saya sudah 10 hari ketinggalan pelajaran,” ungkapnya.
Sehari- hari A bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan per hari hanya Rp 50 ribu. Penghasilannya menjadi semakin tak menentu semasa pandemi Covid-19 ini.
Di rumahnya hanya terdiri satu kamar dan ada ruangan yang dijadikan sebagai ruang tamu, ruang tidur, dan tempat berkumpul keluarga.
“Saya jujur gelap mata. Makanya saat lihat ada HP di rumah itu, langsung saya ambil,” katanya.