Kisah Suram NF ‘Slenderman’ Terungkap, Korban Kekerasan Seksual yang Ternyata Hamil dan Mengalami Trauma
Masih ingat dengan NF? NF adalah gadis berusia 15 tahun yang sempar viral karena melakukan pembunuhan sadis terhadap anak berusia 5 tahun, berisinial APA. APA adalah tetangganya sendiri sekaligus teman bermain adik NF di rumahnya di Sawah Besar, Jakarta.
Kasus pembunuhan ini dengan cepat viral dan masih meninggalkan tanda tanya besar. Pasalnya, NF menyerahkan diri usai membunuh APA dengan menenggelamkannya di bak mandi, lalu mengikat dan menyimpan mayatnya di lemari kamarnya.
Selain itu, NF juga mempunyai kebiasaan menggambar berbagai ekspresi kekerasan dan hobi menonton film horor dan novel tentang psikopat.
Kini nama NF kembali muncul dengan cerita yang berbeda. NF ternyata diketahui sudah hamil 14 minggu. Artinya, saat menyerahkan diri ke kantor kepolisian, NF sudah dalam keadaan hamil.
Fakta bahwa NF telah menjadi korban kekerasan seksual pun terungkap.
NF Menjadi Korban Kekerasan Seksual oleh Tiga Orang
Selain berstatus sebagai pelaku pembunuhan, NF juga menyandang status korban kekerasan seksual. Hal ini terungkap dari hasil pemeriksaan fisik dan psikologis yang dilakukan di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Akibat kekerasan seksual yang dialaminya ini, NF sekarang mengandung 14 minggu.
Yang paling bikin miris, ketiga pelaku kekerasan seksual ini adalah tiga orang terdekat NF. Mereka adalah dua pamannya dan kekasihnya.
“Ada tiga pelaku, dua di antaranya merupakan paman (berinisial R) dan kekasih NF,” kata Kasat Reskrim Polres Jakpus, AKBP Tahan Marpaung, Kamis sore.
Berdasarkan hasil penyelidikan, para pelaku melakukan kekerasan seksual terhadap NF sebelum terjadinya pembunuhan bocah bernama APA. Sang paman bahkan pernah mengancam NF agar dia tidak melapor. Jika melapor, maka pamannya akan menyebarkan video pemerkosaannya.
Dari penyelidikan ini, pihak kepolisian langsung bergerak cepat dengan membekuk tiga pelaku. Polisi sudah menetapkan ketiganya sebagai tersangka.
“Sudah P21 (berkas perkara dinyatakan lengkap),” ujar Tahan.
NF Menjalani Rehabilitasi
Karena berstatus pelaku di bawah umur sekaligus korban, NF kini menjalani proses layanan rehabilitasi sosial di Balai Anak Handayani sambil menunggu proses peradilan terkait kejahatan yang dilakukannya.
NF mendapatkan rehabilitasi sosial sambil menunggu proses peradilan. Pekerja sosial dan psikolog Handayani membantu NF dengan terapi rutin untuk membantu nya secara fisik, psikis, sosial, dan spiritual.
Secara fisik NF sudah terlihat sehat dan bisa menjaga kebersihan diri nya. Secara sosial, NF sudah mulai terbuka dengan petugas untuk menceritakan masalah yang menimpanya dan merasa nyaman di balai.
NF bahkan sempat minta ijin agar bisa berada di sana dan mengurus sendiri anaknya setelah lahir.
Dampak Kekerasan Seksual yang Dialami NF
Pengalaman hidup NF tentu bukan hal yang diharapkan oleh siapapun. Terlebih usia NF masih sangat belia sehingga ia tak bisa mengatasi penderitaannya seorang diri. Inilah salah satu faktor pemicu mengapa NF sampai melakukan kejahatan sadis.
Psikiater di RSJ Marzoeki Mahdi, Bogor, dr. Lahargo Kembaren, SpKJ juga menjelaskan bahwa riwayat sebagai korban kekerasan seksual adalah salah satu faktor mengapa anak bisa melakukan tindakan kekerasan.
Perlakuan kekerasan seksual ini bisa mengganggu cara kerja otak anak.
Psikiater di RSJ Marzoeki Mahdi, Bogor, dr. Lahargo Kembaren, SpKJ menjelaskan bahwa riwayat menjadi korban perlakuan kekerasan seksual merupakan salah satu faktor penyebab anak bisa melakukan tindakan kekerasan.
Dalam area otak manusia terdapat struktur, sirkuit saraf, dan neurotransmitter (zat kimia di otak), dan proses fisiologis. Jika terjadi kerusakan pada sirkuit saraf di otak, dampaknya bisa terjadi kegagalan di dua area otak tersebut.
“Bagian otak di area prefrontal cortex gagal menjalankan fungsinya mengontrol perilaku dan kontrol diri. Bagian otak amigdala menjadi hiperresponsif, sehingga ada trigger sedikit saja langsung memicu emosional. Ini semua lah yang kemudian berujung pada terjadinya sebuah perilaku kekerasan,” tuturnya.
Selain riwayat kekerasan seksual, menurut Lahargo ada beberapa hal lain yang bisa memicu terganggunya kerja otak dalam mengontrol emosi, antara lain adalah :
- Faktor genetik dalam keluarga dengan riwayat perilaku kekerasan
- Adanya tumor otak atau trauma di kepala
- Gangguan metabolik, penyakit fisik
- Penyalahgunaan narkoba dan alkohol
- Kerap menyaksikan perilaku kekerasan dalam kehidupan sehari- hari, baik di rumah atau lingkungan sekitar
- Menjadi korban bullying
- Terpapar media mengenai kekerasan
- Stressor psikososial dalam kehidupan sehari- hari, seperti situasi tempat tinggal, perceraian, masalah keuangan, pertengkaran orangtua, dan sebagainya