Type to search

Karir

Lingkungan Kerja Toxic, Pilih Resign atau Bertahan? Ini Tips Menghadapinya!

Lingkungan kerja toxic, pilih resign atau bertahan?

Lingkungan kerja yang toxic akan sangat berdampak pada kualitas kerja seseorang. Untuk bisa berkontribusi dengan optimal, kehadiran lingkungan kerja yang sehat dan positif sangat penting. Namun dengan lingkungan kerja yang toxic, apa benar hal ini bisa dilakukan?

Seperti Apa Lingkungan Kerja Toxic itu?

Geeters mungkin pernah mendengar curhatan dari teman atau seseorang di media sosial tentang lingkungan kerja yang tidak menyenangkan. Mulai dari rekan- rekan yang tidak kooperatif, manajemen dengan banyak area kerja abu- abu, hingga sulitnya mengajukan jatah cuti.

Lingkungan kerja toxic merupakan lingkungan kerja yang dengan tanda- tanda sinyal negatif yang mempengaruhi penurunan semangat kerja, produktivitas hingga berdampak pada kesehatan mental karyawan.

Umumnya situasi di tempat kerja akan diwarnai dengan beberapa perilaku buruk yang tidak sehat. Misalnya ketidakadilan, ejekan, politik kantor, bullying di tempat kerja hingga pelecehan. Dengan semua hal negatifnya, lingkungan kerja seperti ini bisa membuat seseorang merasa cemas dan tertekan dan bahkan mengalami penurunan kesehatan fisik.

Saat Lingkungan Kerja Bersifat Toxic, Pilih Resign atau Bertahan?

Saat terjebak dalam situasi bekerja di lingkungan toxic, kamu pasti merasa gelisah untuk terus bertahan. Tapi bahkan untuk resign pun harus kamu pertimbangkan secara matang.

Keputusan ini tidak mudah karena ada beberapa faktor yang harus kamu pertimbangkan.

Pertimbangan untuk Resign

Jika kamu sudah mencoba berbagai cara untuk bertahan di lingkungan kerjamu tapi tidak ada perbaikan yang terjadi, maka resign bisa menjadi pilihan. Pasalnya, kesehatan fisik dan mental adalah prioritas utama yang harus kamu pertimbangkan.

Pertimbangan untuk Bertahan

Di sisi lain, resign menjadi pilihan yang tidak ideal karena faktor eksternal. Misalnya saja kebutuhan keluarga yang harus terus kamu seimbangkan, belum ada tawaran lain atau sebenarnya ini adalah pekerjaan yang sudah kamu idam- idamkan. Terutama jika kamu sudah terikat dengan perjanjian kerja, maka mau tidak mau kamu harus mempertahankan pekerjaanmu saat ini.

Bagaimana Cara Menghadapi Lingkungan Kerja Toxic?

Perilaku perundungan di tempat kerja

Jika memutuskan untuk bertahan, kamu bisa menggunakan beberapa cara untuk menghadapi lingkungan kerja yang toxic. Tindakan yang bisa kamu lakukan antara lain :

Baca Juga :  5 Kebiasaan Kecil ini yang Mendorongmu Bekerja Lebih Efektif Saat WFH

1. Ketahui Apa Penyebab Lingkungan Kerja Toxic

Salah satu penyebab lingkungan kerja toxic biasanya berkaitan dengan target perusahaan dan ketidakteraturan manajemen. Misalnya saja target kelewat tinggi yang tidak masuk akal dan menuntut karyawan lembur tanpa kompensasi yang sesuai.

Buntut dari hal ini, atasan menjadi memaksakan karyawan untuk berkontribusi lebih dan mempunyai ide cemerlang yang bisa meningkatkan omset perusahaan. Akibatnya, lingkungan kerja menjadi tidak kondusif karena atasan yang hanya mau beres dan karyawan merasa tidak dihargai.

Lingkungan kerja toxic juga bisa dipicu dengan persaingan yang tidak profesional antara sesama rekan kerja. Misalnya ada rekan kerja yang pintar mencari muka, suka mencuri kredit kerja orang lain, suka menghasut dan senang menggunjing. Kasus- kasus seperti ini lumayan sering ditemui karena faktor ‘mengamankan diri’ di tempat kerja.

Sebelum memutuskan resign, cobalah amati penyebab lingkungan kerja toxic ini. Beri waktu yang cukup untuk kamu mengenali lingkungan kerja. Hindari buru- buru resign di minggu pertama hanya karena kamu salah menilai atau belum mendalami informasi.

2. Evaluasi Diri

Setelah mengamati lingkungan kerja, yang tidak kalah penting adalah melakukan evaluasi diri. Seringkali kita merasa rekan kerja toxic dan sulit bekerjasama. Padahal, bisa jadi masalahnya berasal dari kita. Misalnya kita sulit berbaur atau kurang bisa menerima pendapat orang lain.

Jika hanya satu atau dua orang yang tidak cocok dengan kamu, ini adalah hal wajar. Namun jika lebih dari tiga orang atau bahkan hampir semua rekan kerja, ada baiknya kamu intropeksi diri. Cobalah bertanya pada rekan kerja, HR hingga atasan untuk mendapatkan masukan. Selama kamu terbuka dengan kritik, kamu akan bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

3. Belajar Cuek dan Hindari Drama Kantor

Pernahkah merasa ingin resign tapi berat meninggalkan gaji besar dan terlanjur nyaman dengan pekerjaan? Sayangnya, kenyamanan ini sebenarnya diiringi dengan roller coaster karena beberapa rekan kerja yang suka membuat drama.

Jika ini terjadi padamu, ingatlah kembali tujuan utamamu bekerja. Jangan biarkan orang- orang negatif mempengaruhi mood mu di lingkungan kerja dan fokuslah memberikan performa yang maksimal.

Dengan menghindari drama kantor dan fokus bekerja, lambat laun mereka yang suka bergunjing akan bosan dan kamu pun semakin terbiasa. Bukankah setiap tempat pasti ada tantangannya masing- masing?

Baca Juga :  Saat Kesepian Menjadi Tantangan karena Bekerja dari Rumah Terlalu Lama

4. Upgrade Diri

Alih- alih meladeni drama di tempat kerja, cobalah upgrade diri untuk lebih percaya diri. Saat atasan bersikap tidak profesional dan sering menyudutkan, balaslah dengan bekerja lebih baik dan memberikan hal yang berbeda.

Dengan cara ini, kamu justru berpotensi untuk mendapatkan posisi yang lebih baik di masa depan. Hal ini bisa saja terjadi di tempat kerja saat ini atau bahkan saat kamu berada di perusahaan berbeda.

5. Curhat dengan HRD

Saat seorang karyawan menghadapi masalah di tempat kerja, salah satu solusinya adalah bercerita dengan HRD. Jika bercerita dengan rekan kerja berpeluang untuk bocor, maka dengan HRD dapat menjadi lebih aman.

Selain itu, HR sudah berpengalamanan dalam mengadapi berbagai jenis karakter karyawan. Kamu akan mendapatkan masukan yang berharga dan membuat beban di hatimu menjadi lebih ringan.

6. Intip Peluang di Tempat Lain

Meski sementara waktu kamu memutuskan bertahan, tidak ada salahnya untuk tetap mengintip peluang lain. Dengan mengintip peluang kerja, setidaknya kamu akan terupdate dengan informasi terkini di dunia kerja.

Kamu juga akan terinspirasi untuk mengetahui hal- hal apa yang perlu kamu upgrade agar tetap menjadi pribadi yang bersaing. Jika suatu saat kamu benar- benar resign karena lingkungan kerja yang toxic, kamu tidak tidak resign dengan asal- asalan.

Kamu sudah punya pegangan tentang langkah selanjutnya. Kamu juga sudah mempersiapkan diri untuk petualangan berbeda.

Jika Memutuskan untuk Resign, Apa yang Harus Dipersiapkan?

Mempersiapkan dana darurat

Jika kamu merasa sudah mencoba segala cara untuk bertahan tapi tetap tidak bisa, bisa jadi resign adalah jawabannya. Kendati begitu, jangan lakukan resign tanpa persiapan. Percayalah, resign itu juga butuh modal, sayang.

Beberapa hal yang perlu kamu persiapkan jika mempertimbangkan resign antara lain : 

Baca Juga :  Buat Kamu yang Berstatus Pengacara, Ini 10 Pekerjaan yang Bisa Kamu Lamar dari Semua Jurusan

1. Belajar dari Pengalaman Orang Lain

Banyak yang tidak nyaman di lingkungan kerja lamanya kemudian resign, tapi malah menyesal. Kenapa bisa begitu?

Setelah ditelusuri, ternyata lingkungan kerja barunya tidak jauh berbeda. Dan tidak sedikit orang yang terlambat menyadari kalau tidak ada tempat kerja yang 100% nyaman. Misalnya saja, kenyataan bahwa teman toxic ternyata mudah kita temui di berbagai tempat.

Agar tidak mengalami penyesalan serupa, cobalah untuk mencari tahu dulu kisah teman- teman yang resign dengan alasan serupa.

2. Minta Dukungan Keluarga

Komunikasikan dengan keluarga tentang niat resign mu. Dengan mengkomunikasikannya, kamu akan mendapat masukan berharga dan dukungan moral untuk karir selanjutnya.

Seringkali keluarga juga tidak tahu alasan resign yang membuat mereka menjadi salah paham. Alih- alih memberi dukungan yang menenangkan, kesalahpahaman justru memicu kegelisahan dan tekanan karena nganggur sementara.

3. Siapkan Dana Darurat

Yang tidak kalah penting, kamu juga perlu mempersiapkan dana darurat. Dana ini akan menjadi pertolongan saat kamu belum bekerja sementara waktu. Jumlah dana darurat juga bervariasi tergantung pada besaran kebutuhan dan tanggungan. Semakin besar tanggungan, seperti keluarga, biaya tetap dan cicilan, maka semakin besar pula dana darurat yang perlu kamu persiapkan.

Kesimpulan

Lingkungan kerja yang toxic bukan hanya menurunkan kualitas kerja seseorang, tapi juga berdampak buruk untuk kesehatan dan kebahagiaan. Kendati begitu, memutuskan bertahan atau resign juga sebaiknya tidak dilakukan dengan buru- buru.

Kamu perlu mempertimbangkan banyak hal dan bersiap dengan langkah lanjutan. Jika memutuskan bertahan, pastikan kamu melakukan tindakan yang tepat untuk melindungi diri secara fisik dan mental.

Jika memilih untuk resign, pastikan kamu sudah mempersiapkan diri dengan matang. Setidaknya kamu harus sudah punya pandangan tentang karir selanjutnya dan juga dana darurat selama menjadi job seeker.

Comments

comments

Tags:

You Might also Like

0 Shares
Share via
Copy link
Powered by Social Snap