JOMO (Joy of Missing Out) : Saat Hidup Menentramkan Hati dan Pikiran

Sebelum JOMO alias Joy of Missing Out, kamu mungkin sudah lebih dulu kenalan dengan FOMO. Nah, JOMO ini adalah kebalikannya FOMO. Dan tentu saja, saat kamu sudah berhasil beralih dari FOMO ke JOMO, hidup terasa lebih menentramkan. Kok bisa?
Apa itu JOMO?
Sebelum ada JOMO, kita sudah lebih dulu kenalan dengan istilah FOMO alias Fear of Missing Out. FOMO adalah perasaan takut ketinggalan informasi terkini dan hal- hal baru. Di tempat yang bersebarangan, ada istilah yang kita sebut JOMO.
Arti dari JOMO Joy of Missing Out adalah cara seseorang untuk tetap bersikap santai, tenang dan bahagia dengan aktivitasnya, tapi ada rasa takut ketinggalan informasi atau tren terkini.
Jika seorang FOMO sering gelisah saat dia tidak bisa mengakses media sosial atau ketinggalan update, JOMO justru menyikapinya dengan santai dan tetap fokus pada aktivitasnya.
Seorang JOMO tidak khawatir untuk tidak terkoneksi dengan tren terkini di dunia maya. Baginya semua akan baik- baik saja meski dia tidak ikut arus dan memilih untuk bahagia dengan caranya sendiri.
Menjadi JOMO itu Jauh Lebih Menenangkan
Seorang JOMO memahami bahwa setiap orang bisa bahagia dengan caranya masing- masing. Mereka adalah makhluk yang tidak memaksakan diri untuk harus terlihat on point, mengetahui yang sedang terjadi saat ini, dan tertawa dengan joke yang sama yang banyak orang ketahui.
Bagi mereka, mengikuti apa yang orang- orang lakukan dan menjadi sama seperti mereka semua itu terlalu melelahkan. Mereka lebih menyukai keseimbangan antara bersosialisasi dan menikmati me time dengan diri sendiri.
Seseorang yang sudah menjadi JOMO tidak lagi suka ikut- ikutan, karena menyadari setiap orang bersenang- senang dengan cara yang berbeda- beda.

Mereka yang Bahagia dengan Kisah JOMO nya
Justin Bariso, penulis buku EQ Applied, mengaku pernah mengalami FOMO. Setelah menerbitkan buku pertamanya, ia merasa sulit melepaskan diri dari ketinggalan informasi. Ia khawatir penerbitnya akan menghubungi sewaktu- waktu atau terlewat email penting lainnya.
Bahkan saat tengah berlibur bersama keluarga, ia tetap ingin pergi ke kedai kopi sendirian hanya untuk mengecek email. Saat anaknya memohon mengajaknya bermain, ia baru tersadar.
“Apakah saya benar-benar ingin pergi ke Starbucks untuk duduk di depan komputer saya, menanggapi email dari orang tidak dikenal, padahal saya bisa menghabiskan waktu bersama keluarga saya di pantai yang indah?” ungkap Justin.”
Cerita lain datang dari Kristen Fuller, dokter dan penulis di Psychology Today. Menurutnya JOMO adalah tentang rasa puas dengan kehidupan saat ini. Jika terus menerus khawatir dan takut ketinggalan sesuatu, kita tidak akan bisa menikmati momen kapanpun dan dimanapun.
Cara yang lebih Sehat dalam Menjalani Hidup
Kristen berpendapat bahwa FOMO bukanlah cara sehat dalam menjalani hidup. Menurutnya, kita tidak perlu membandingkan diri sendiri dengan kehidupan atau pengalaman orang lain.
“JOMO memungkinkan kita menjadi siapa kita saat ini, merupakan rahasia untuk menemukan kebahagiaan,” ungkapnya.
Menurut Kristen, saat kita membebaskan ruang kompetitif dan cemas dari otak, kita akan mempunyai lebih banyak waktu, energi dan emosi untuk menaklukkan apa yang menjadi prioritas kita.
Alih- alih hidup dalam kondisi FOMO tentang hal konyol yang viral di media sosial, mengapa tidak menikmati apa yang benar- benar hadir di sekitar kita?
Misalnya saja melewatkan momen dengan orang yang kita cintai dengan hadir sepenuhnya, menikmati matahari terbenam, menertawakan lelucon, mendengar deburan ombak, menikmati makan enak dengan orang terdekat atau jalan- jalan santai.

JOMO memungkinkan seseorang untuk lebih hadir dalam hidup yang nyata dan menikmati apa yang dimilikinya. Seorang JOMO biasanya mempunyai ruang rehat untuk diri sendiri dan tidak memaksakan diri untuk ikut arus.
Dalam kehidupan sehari- hari, lebih penting untuk kita membuat jadwal apa yang ingin dikerjakan dan memprioritaskan hal- hal penting daripada membuang waktu untuk mengkhawatirkan apa yang dilakukan atau dipikirkan orang lain.
Setelah menjalani hari yang sibuk, alih- alih memaksakan diri utnuk mengetahui apa yang sedang hits di media sosial, cobalah untuk bersantai. Manjakan dirimu dengan hal- hal yang kamu sukai, meskipun itu sekedar nonton film favorit di kamar.
Batasilah penggunaan ponsel dan media sosial dan atur seberapa lama kamu bisa menghabiskan waktu untuk mengecek akun media sosialmu. Tidak ada larangan mengecek, tapi jangan lupa untuk tidak terlarut, lupa waktu dan terlewat menikmati hidup yang sebenarnya.