Type to search

Sehat & Cantik

Apa itu Insomnia, Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati

Mengenal apa itu insomnia

Sebagian orang mengalami insomnia namun tidak menyadari bahwa mereka mengidapnya. Yang mereka tahu, mereka mengalami gangguan tidur karena suatu hal. Dan karena tidak tahu penyebabnya, mereka pun sulit menemukan cara mengatasi masalah yang mereka alami.

Padahal jika dibiarkan jangka panjang, gangguan tidur ini akan semakin mempengaruhi kualitas hidup. Aktivitas esok hari bisa menjadi berantakan, produktivitas menurun dan terjebak dalam pola hidup tidak sehat secara berkelanjutan.

Insomnia itu Apa?

Insomnia adalah jenis gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan untuk memulai tidur, mempertahankan tidur, atau mendapatkan kualitas tidur yang baik. Mereka yang menderita gangguan tidur ini biasanya mengeluh susah tidur, sering terbangun di tengah malam, dan sulit tidur kembali setelah terbangun.

Insomnia pada dasarnya terbagi menjadi dua jenis, yaitu insomnia jangka pendek dan kronis. Insomnia jangka pendek terjadi dalam jangka waktu singkat, misalnya beberapa hari atau minggu. Sementara insomnia kronis terjadi dalam jangka waktu yang lebih lama, minimal 3 kali dalam seminggu selama 3 bulan atau lebih.

Insomnia merupakan masalah tidur yang paling umum dialami oleh banyak orang. Diperkirakan sekitar 30-50% populasi pernah mengalami gangguan tidur ini dalam hidupnya. Gangguan tidur ini dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental seseorang jika tidak mendapat penanganan yang baik.

Gejala Insomnia

Insomnia dapat menyebabkan berbagai gejala yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Beberapa gejala umum meliputi :

1. Kesulitan Tidur

Penderita biasanya mengalami kesulitan untuk terlelap meskipun sudah merasa mengantuk dan lelah. Alhasil, mereka dapat menghabiskan waktu berjam-jam di tempat tidur tanpa bisa tertidur.

2. Sering Terbangun di Tengah Malam dan Sulit Tidur Kembali

Banyak penderita yang dapat tertidur pada awalnya. Namun mereka kemudian terbangun di tengah malam dan sulit untuk tidur kembali. Kondisi ini disebut insomnia maintenance, dimana seseorang kesulitan mempertahankan tidur.

3. Merasa Lelah saat Bangun Pagi

Meskipun telah tidur, penderita tetap merasa lelah dan tidak segar saat bangun di pagi hari. Hal ini terjadi lantaran kualitas tidur yang mereka dapatkan buruk.

4. Mengantuk dan Kelelahan di Siang Hari

Akibat kurangnya tidur yang berkualitas, penderita akan merasa mengantuk dan kelelahan di siang hari. Hal ini membuat mereka kesulitan untuk berkonsentrasi saat melakukan aktivitas sehari-hari.

Baca Juga :  Macam- macam Gangguan Tidur, Penyebab dan Cara Mengatasi

5. Kesulitan untuk Fokus

Insomnia dapat menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, sulit mengingat, dan gangguan kognitif lainnya. Hal ini terjadi karena otak tidak cukup beristirahat.

6. Mudah Tersinggung dan Cemas

Gangguan pola tidur dapat mempengaruhi suasana hati. Penderita gangguan tidur ini cenderung mudah marah, tersinggung, dan cemas. Mereka juga berisiko mengalami depresi.

Jenis-Jenis Insomnia

Berdasarkan gejalanya, gangguan tidur ini dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis :

1. Insomnia Sleep Onset

Insomnia onset ditandai dengan kesulitan untuk memulai tidur. Penderita akan memerlukan waktu lebih dari 30 menit untuk bisa tertidur setelah berbaring di tempat tidur. 

2. Insomnia Maintenance 

Insomnia maintenance ditandai dengan terbangun di tengah malam dan sulit untuk kembali tidur. Penderita akan sering terbangun dan hanya bisa tidur beberapa jam sebelum terjaga kembali.

3. Insomnia Terminal

Insomnia terminal ditandai dengan terbangun sangat pagi, sekitar 3-4 jam sebelum waktu bangun yang diinginkan. Penderita akan bangun dan tidak bisa tidur kembali.

4. Insomnia Kombinasi

Insomnia kombinasi adalah gabungan dari ketiga jenis di atas. Penderita mengalami kesulitan memulai tidur, terbangun di tengah malam, dan bangun sangat pagi.

Penyebab Insomnia

Insomnia dapat terjadi karena berbagai faktor, antara lain seperti :

1. Stres

Stres dari pekerjaan, masalah keuangan, atau masalah pribadi dapat memicu gangguan tidur ini. Tak peduli darimana sumbernya, stres meningkatkan hormon seperti kortisol dan adrenalin yang dapat mengganggu pola tidur normal. 

2. Kecemasan/Depresi

Gangguan kecemasan dan depresi juga sering berkaitan dengan insomnia. Pikiran yang berkecamuk akibat kecemasan atau depresi dapat menyulitkan untuk tertidur atau memperoleh tidur nyenyak.

3. Lingkungan yang Tidak Kondusif untuk Tidur 

Lingkungan yang gaduh, terang, atau tidak nyaman suhu udara juga dapat mengganggu tidur. Misalnya seperti suara bising dari luar rumah, cahaya terang dari lampu atau layar gawai, atau suhu kamar tidur yang terlalu panas atau dingin.

4. Kondisi Medis Tertentu

Beberapa kondisi medis seperti asma, arthritis, dan nyeri kronis juga berisiko menyebabkan gangguna tidur ini. Rasa sakit atau ketidaknyamanan akibat kondisi medis tersebut dapat mengganggu kualitas tidur seseorang.

Baca Juga :  10+ Cara Menjaga Kesehatan Mental, Saatnya Merasa Lebih Baik!

5. Efek Samping Obat-obatan

Obat-obatan tertentu seperti obat asma, obat tekanan darah, dan obat antidepresan dapat menimbulkan efek samping berupa gangguan tidur. Konsultasikan dengan dokter jika diduga obat-obatan menjadi penyebab gangguan tidur ini.

6. Gangguan Tidur Lain

Beberapa gangguan tidur seperti sleep apnea (tersendatnya napas saat tidur) dan restless legs syndrome juga berpotensi memicu insomnia. Gangguan-gangguan tidur tersebut perlu didiagnosis dan pengobatan agar teratasi dengan tuntas.

Siapa Saja yang Beresiko?

Ada beberapa faktor resiko yang kemungkinan dapat meningkatkan potensi seseorang mengidap gangguan tidur ini. Antara lain sebagai berikut : 

1. Usia lanjut

Semakin tua usia seseorang, semakin rentan mengalami gangguan tidur ini karena perubahan pola tidur yang terjadi seiring proses penuaan. 

2. Wanita Lebih Rentan

Wanita lebih rentan menderita masalah tidur ini daripada pria karena perubahan hormon yang mereka alami. Mulai dari menstruasi, kehamilan, dan menopause dapat berpotensi mengganggu pola tidur wanita.

3. Riwayat Keluarga

Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat insomnia berisiko lebih tinggi untuk mengalaminya juga. Hal ini kemungkinan terjadi karena faktor genetik.

4. Penyakit Kronis

Saat seseorang menderita penyakit kronis, hal ini juga berdampak pada kualitas tidur yang mereka peroleh. Kondisi kronis seperti asma, diabetes, arthritis, dan penyakit jantung dapat memicu atau memperburuk insomnia.

5. Obesitas

Orang dengan obesitas berisiko lebih tinggi karena bisa menyebabkan gangguan pernapasan saat tidur seperti sleep apnea.

6. Merokok

Merokok sering berkaitan dengan kualitas tidur yang buruk karena efek nikotin dan withdrawal saat tidak merokok.

7. Mengonsumsi Kafein/ Alkohol

Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol dapat mengganggu tidur jika dikonsumsi terlalu dekat dengan waktu tidur. Selain itu, pastikan juga kita mengetahui batas konsumsi kafein.

Cara Mengobati Insomnia

Cara mengatasi insomnia biasanya disesuaikan dengan penyebab dan tingkat keparahannya. Berikut beberapa hal yang dapat kita lakukan :

1. Terapi Perilaku Kognitif

Terapi ini membantu mengubah perilaku dan pola pikir yang salah terkait tidur. Dalam terapi ini, pasien akan mempraktekkan teknik untuk mengendalikan stimulus yang mengganggu tidur, seperti kecemasan berlebihan. Terapi ini efektif mengatasi insomnia jangka panjang.

2. Relaksasi Progresif 

Teknik relaksasi bermanfaat untuk melatih otot-otot tubuh agar bisa rileks secara bertahap. Relaksasi ini berawal dari ujung kaki hingga ujung kepala dan dapat dilakukan saat akan tidur untuk melepas ketegangan otot.

Baca Juga :  Dear Perokok, Bahaya Tar Bukan Hanya untuk Paru, Tapi Juga Otak!

3. Restriksi Tidur

Langkah selanjutnya adalah melakukan restriksi tidur. Dalam hal ini, penderita ini akan membatasi waktu tidur malam hanya beberapa jam saja, kemudian secara bertahap menambah waktu tidur. Hal ini dilakukan agar tubuh terbiasa tidur lebih efisien.

4. Terapi Cahaya

Terapi dengan sinar lampu khusus intensitas rendah untuk mengatur irama sirkadian tubuh juga dapat meredakan gangguan tidur ini. Hal ini bisa berdampak karena membantu pergeseran fase tidur.

5. Obat tidur dosis rendah jangka pendek

Obat tidur resep dokter seperti zolpidem dapat menjadi solusi jangka pendek untuk meredakan gejala insomnia. Sebagai catatan, penggunaan obat tidur ini harus di bawah pengawasan dokter.

Kapan Harus Ke Dokter?

Insomnia yang berkepanjangan dan mengganggu aktivitas sehari- hari perlu dievaluasi lebih lanjut oleh dokter. Beberapa kondisi yang menandakan Anda perlu berkonsultasi dengan dokter :

  • Saat gejala berlangsung lama, yaitu lebih dari 3 bulan. Insomnia kronis perlu mendapat penanganan serius untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
  • Insomnia yang sudah mengganggu fungsi sehari-hari, seperti menurunnya konsentrasi, produktivitas kerja, dan interaksi sosial. Kondisi ini menandakan kualitas hidup Anda terganggu akibat masalah tidur ini.
  • Curiga gangguan tidur terjadi karena kondisi medis tertentu. Beberapa penyakit seperti gangguan tiroid, diabetes, atau gangguan pernapasan dapat memicu insomnia.
  • Ingin mengevaluasi jenis obat tidur yang tepat jika cara- cara alami terasa kurang membantu. Dokter dapat meresepkan obat tidur dengan dosis dan jenis yang sesuai setelah melakukan pemeriksaan. 
  • Ingin melakukan skrining lebih lanjut untuk mengetahui apakah insomnia Anda terjadi karena gangguan tidur lain, seperti sleep apnea atau restless legs syndrome. Dokter dapat melakukan pemeriksaan lebih menyeluruh.

Konsultasi dengan dokter sangat penting jika insomnia sudah berlangsung lama dan mengganggu kualitas hidup. Dokter dapat memberikan solusi yang tepat setelah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi Anda.

Comments

comments

Tags:

You Might also Like

0 Shares
Share via
Copy link
Powered by Social Snap